Arenabola.id – Suka atau tidak, Mariusz Mucharski akan selalu tercatat sebagai bagian sejarah besar Persib.
Seburuk-buruknya Mariusz Mucharski di mata Bobotoh saat membela Persib Bandung pada 2003, tetap saja ia menjadi salah satu bagian sejarah besar dari Maung Bandung.
Pasalnya, Mariusz menjadi pemain asing pertama sepanjang sejarah Persib, dan akan terus tercatat selamanya bersama koleganya asal Polandia yakni Pavel Bocian, Maciej Dolega, dan Piotr Orlinski.
Tujuh belas tahun sudah Mariusz meningalkan Persib, dan selama itu pula, ia jarang mendapat sorotan dari Bobotoh. Karena bisa jadi, ia tak terlalu memiliki kesan baik di mata mereka.
Nasib Mariusz sangat berbeda dengan Sucaho Nutnum, Sinthaweechai Hathairattanakool, Lorenzo Cabanas, atau Redouane Barakaoui yang punya memori manis di ingatan Bobotoh.
Kabar terbaru, Mariusz kini menjadi salah satu pelatih kiper di klub kasta tertinggi Liga Polandia, Wisla Plock. Dalam beberapa kesempatan di Liga Polandia, Mariusz pun sempat berhadapan dengan Lechia Gdansk yang di mana merupakan klub dari pemain timnas Indonesia U-23, Egy Maulana Vikri.
“Saya sekarang adalah pelatih penjaga gawang di Wisla Plock, salah satu kontestan kasta tertinggi Liga Polandia. Di sini juga, saya sempat bertemu Egy, pemain dari Indonesia itu. Saya lihat dia terlatih secara teknis dan akan menjadi pesepakbola yang baik,” ujar Mariusz kepada Arenabola.id
Meski sudah lama dipisahkan oleh waktu, Mariusz mengaku masih terus mengikuti perkembangan Persib lewat internet. Tak hanya itu, ia pun mempunyai hasrat ingin kembali bekerja untuk Persib suatu saat nanti, jika ada kesempatan.
“Jika ada yang bertanya apakah saya mau kembali ke Persib lagi sebagai pelatih, tentu saya mau kembali. Kini, saya punya kualifikasi pelatih kiper tertinggi di UEFA dan itu bisa menjadi modal saya,” lanjut Mariusz yang kini mengantongi Lisensi A Kiper UEFA.
“Saya tahu Persib sekarang jadi klub terpopuler di Asia. Beberapa kali masih banyak suporter menyapa saya di media sosial. Beberapa kali juga saya menonton pertandingan Persib, dan melihat video latihan mereka. Jadi, saya masih mengikuti Persib,” ujar Mariusz.
Karier Mariusz di Persib bermula pada 2003 saat ia diajak Marek Sledzianowski, pelatih yang baru direkrut Persib pada saat itu. Kedatangan rombongan pemain dan pelatih asal Polandia ke Persib tentunya membuat geger seantero Jawa Barat, khususnya Bandung. Karena sebelumnya Persib punya kebijakan mengharamkan penggunaan pemain asing.
Kebijakan manajemen Persib mendatangkan pemain asing tentu menjadi perjudian demi mengejar ambisi menembus kembali babak 8 Besar Liga Indonesia. Namun apa mau dikata, ibarat istilah “mau untung malah jadi buntung”, kehadiran rombongan Polandia termasuk Mariusz tak mampu menolong Persib yang tampil babak belur di Liga Indonesia 2003.
Akibat buruknya penampilan Persib, kebersamaan Mariusz dan rekan-rekannya hanya seumur jagung saja dengan Maung Bandung. Lantaran sebagai pemain asing, mereka tak bisa memberikan dampak positif.
Rombongan Polandia pun akhirnya didepak manajemen Persib jelang putaran kedua. Peran mereka digantikan oleh paket pemain dan pelatih dari Cili, yakni Juan Paez (pelatih), Alejandro Tobar, Claudio Lizama, Rodrigo Lemunao, dan Rodrigo Sanhueza yang kelak mampu menyelamatkan Persib dari degradasi.
Menanggapi itu, Mariusz pun tak mau mengingatnya lagi. Ia menganggap itu adalah salah satu masa terburuk dalam karier sepakbolanya.
“Berawal dari ajakan Marek, saya akhirnya datang ke Bandung untuk Persib. Ia mengajak kami karena alasannya ingin punya rekan se-negara. Kami sadar jadi pemain asing pertama di Persib dan di sana kami diterima dengan baik oleh pengurus klub, para pemain lokal, dan beberapa suporter,” kata Mariusz.
“Hampir 20 tahun dan saya sudah melupakan situasi saat di Persib. Ada situasi buruk saat itu bagi kami sehingga kami gugup dan tidak bisa bermain lagi untuk Persib. Tapi perlu ditekankan, saya tidak punya rasa penyesalan pernah berseragam Persib. Terkadang dalam sepakbola, pemain bisa berada dalam situasi gugup,” paparnya.
Terlepas dari situasi yang sulit yang dialami Mariusz, ia sebetulnya mengaku kerasan berkarier untuk Persib, dan tiggal di Kota Bandung meski tak lama. Pemain kelahiran Kielce itu takjub pada atmosfer dari Bobotoh saat Persib bertanding, dan susana yng terjadi di Kota Bandung.
“Saat awal-awal di Bandung, saya terkejut dengan suasana yang hebat dari Bobotoh di stadion. Seketika, saya pun jadi orang terkenal di Bandung. Sepakbola sangat populer di Indonesia dan itu bagus,” tutup Mariusz yang tahun ini akan berusia 50 tahun.