Tragedi Sepakbola: Heysel, Momen Terkelam Kompetisi Eropa

Minggu, 04 Juni 2023

Sebanyak 39 orang meninggal dunia dan ini adalah salah satu tragedi terburuk yang pernah terjadi dalam kompetisi sepakbola Eropa.

Selain Hillsborough, yang diperingati tiap 15 April, ada tragedi lain yang menjadi kenangan pahit bagi Liverpool, meski kali ini mereka bukan menjadi korban.

Inilah tragedi Heysel yang terjadi 35 tahun lalu. Sebuah momen kelam tidak hanya bagi pendukung The Reds, tapi yang terutama adalah bagi fans Juventus karena merekalah korbannya.

Setiap kali membicarakan pertemuan antara Liverpool dan Juventus, tragedi Heysel akan selalu melekat kepada kedua klub itu.

29 Mei 1985, Juventus dan Liverpool bertemu di final Piala Champions (sebelum bernama Liga Champions) musim 1984/85, yang berlangsung di Stadion Heysel, Brussel, Belgia.

Kekacauan bermula ketika sejumlah suporter Juventus dan Liverpool saling lempar di salah satu sudut stadion. Sekitar satu jam sebelum kick-off atau tepatnya pada pukul tujuh malam waktu setempat, kedua kelompok tersebut sudah mulai bersitegang.

Mayoritas dari 60.000 penonton yang menyesaki stadion sudah mabuk minum-minuman. Saksi mata menyatakan, fans Juventus lebih dulu melempar batu ke arah bagian tempat duduk pendukung Liverpool.

Tersengat, kubu Liverpool juga ikut melempat batu ke arah lawan. Rupanya kondisi kian memanas. Pendukung Liverpool yang memang unggul jumlah orang mengubah skenario dengan melakukan penyerangan dan merusak pagar pembatas. Padahal, pagar pembatas itu hanya berupa rantai berkawat.

Kalah jumlah, pendukung Juventus berusaha mundur. Namun, mereka terhalang dengan tembok besar. Tembok stadion itu akhirnya runtuh akibat dorongan dan banyaknya jumlah orang di satu tempat. Akibatnya, ada 39 korban meninggal, 32 orang merupakan pendukung Juventus dan tujuh lainnya adalah pendukung netral, yang terdiri dari empat orang Belgia, dua Prancis, dan satu Irlandia Utara. Mereka jatuh dan tertimpa reruntuhan material tembok.

Suporter Juventus yang lain berusaha melakukan balasan, namun usaha mereka dihalangi pihak kepolisian. Yang terjadi justru bentrok antara aparat kemananan itu dan suporter Juventus. Hampir dua jam kejadian bentrok ini berlangsung.

Pertandingan tetap dilangsungkan dan berakhir untuk kemenangan Juventus 1-0 lewat gol tunggal Michel Platini. Namun, fokus tertuju pada kerusuhan di tribune penonton, bukan performa kedua tim di atas lapangan.

Kenny Dalglish, yang melihat kejadian tersebut dengan mata kepalanya sendiri saat menjadi pemain, tidak akan pernah melupakannya. “Faktanya, korban fatal tidak dialami fans Liverpool karena mereka bisa lari dengan melintas [arah lain],” ujar Dalglish.

“Kami melihat fans Italia menangis dan mereka memukul-mukul bagian luar bus ketika kami keluar meninggalkan hotel,” ujar Dalglish lagi. “Ketika kami meninggalkan Brussel, sejumlah orang Italia marah-marah, dan memang bisa dipahami karena ada 39 rekannya yang meninggal dunia.

“Saya ingat betul ada seorang Italia, yang wajahnya tepat di bawah jendela tempat saya duduk. Ia menangis dan marah. Anda bisa rasakan bagaimana dia kehilangan seseorang dalam kondisi seperti itu. Anda pastinya tidak pernah berharap hal itu berakhir demikian,” ujarnya.

Hal Menarik Lainnya